St. Vincent Tavern and Wine Merchant Ambisius Yang Ingin Puaskan Semua Orang

St. Vincent Tavern and Wine Merchant Ambisius Yang Ingin Puaskan Semua Orang

Restoran St. Vincent Tavern and Wine Merchant berlokasi di 1270 Valencia Street, San Francisco, Ca 94110 415 285 1200. Restoran ini sementara masih tutup karena pemiliknya masih mencari konsep resto lebih baik. Akan halnya perlu diketahui bahwa restoran ini memang penuh dengan pernak pernik yang belum sampai pada pembentukan identitasnya. Semuanya terlihat serba acak, serba ada, serba ingin coba. Karena sang pemilik David Lynch, bukan lah seorang yang pengalaman dalam memanajerial restoran.

Restoran ini merupakan restoran pertamanya. Walau begitu dirinya punya visi. Dirinya dibantuk oleh para kritikus, dan terpenting lagi para pelanggan mengakui bahwa sajian di restoran ini sangat enak. Tapi itu tidak cukup sampai di situ. Beberapa pelanggan mulai meninggalkannya karena terlalu mixed feeling. Keluarga yang ingin dine akan kikuk melihat belasan anggur mahal yang menggoda, merasa bahwa tempat mereka bukan di sana. Pasangan muda yang ingin suasana romantis akan rusak mood melihat kemewahan suasana namun sajian restonya benar-benar ala dine and dash, seperti kaki lima, namun cita rasa lebih dari kaki lima.

David seolah tersesat dalam konsepnya sendiri. Padahal yang dia inginkan adalah suatu restoran yang memperkenalkan anggur ke pelbagai usia, menciptakan ceruk pasar anggur terbaru. Oleh karena nya konsep restoran yang ada dia susun yang bisa menarik “rakyat jelata” agar bisa membawa pulang anggur di bawah $1 00 sekaligus tidak ingin kehilangan pasar kelas menangah yang ingin anggur terbaik.

Dirinya juga punya brewery untuk hasilkan bir demi tujuan pasar lebih luas. Bahkan Lynch menunjuk Sayre Piotrkowski seorang ahli bir, menjadi direktur bir. Dia seorang Cicerone bersertifikasi, Piotrkwoski merupakan mantan chef brewery di Monk’s Kettle. Di St. Vincent dari awalnya sebagai konsultan lalu naik pangkat jadi direktur. Dia akan merancang daftar bir, yang akan mencakup program rancangan langsung pembuatan bir.

Piotrkwoski sendiri menyatakan untuk St Vincent perlu kerjasama dengan pabrik bir lokal, tempat-tempat seperti Linden, Dying Vines dan Pacific Brewlab, di mana dia dan Lynch mencicipi bir yang paling cocok. Selain dari sisi kualitas, dia tambahkan St Vincent bisa jadi hub bir yang memangkas biaya. Ide bagus. Tapi pada St Vincent akhirnya terlalu mencar-mencar.

Ditambah dengan kedatangan Bill Niles, seorang chef serba bisa yang diminta menyusun konsepan sendiri sebagai direktur di bidang makanan di St Vincent. Visi Lych, dia ingin ada Three Kingdom di restorannya. Ada yang mengurusi kemewahan anggur agar pelanggan kelas atas sudi datang, yakni dirinya sendir. Ada yang mengurusi masalah Bir untuk pengunjung dewasa kelas menengah bir spender, yakni Piotrkwoski. Dan akhirnya Bill Niles, seorang juru masak yang diyakini akan membuat waiting list keluarga kelas menengah dan rakyat bawah yang ingin mencicipi hidangan terjangkau tapi dengan wine yang bagus. Lalu ada juga divisi toko anggur online di mana orang bisa langsung membeli anggur secara online melalui, atau pelanggan ingin membawa pulang anggur mereka sendiri.

Mix max konsep ini, sama seperti menggabungkan Restoran Hilton, Bar, McDonald, dan Seven Eleven sekaligus. Sangat visioner alias tidak pernah ada yang berani menyentuh konsepan itu, walau disusun dengan bakat dan passion yang hebat. St. Vincent didasarkan dari nama seorang suci pelindung anggur, merupakan restoran yang sangat berani karena menyasar semua orang dan ingin memuaskan mereka semua.